Selasa, 31 Maret 2015

Takut

Orang sering melihat keluarga yang tecerai-berai lalu orang befikir, "Ah, lebih baik saya tidak berkeluarga, saya takut." Orang yang melihat suatu organisasi tercerai-berai, kemudia berfikir, "Ah, saya tidak mau ikut berorganisasi lagi, saya membantu saja, organisai hanya bentrokan mulu, tidak ada mandaatnya." Mengapa kita menjadikan sesuatu yang tidak baik sebagai ukuran. Dan mengapa kita selalu saja melihat orang lain, organisasi ini, keluarga itu. Mengapa kita tidak melihat, " saya sendiri bagaimana? apa yang harus saya perbuat?"

Anggap saja semua ini adalah proses. dan memang kirta harus menganggapnya demikian. dkeluarga menjadi kuat, menjdai maju, itu adalah proses.Sebuah keluarga hancur, itu pun juga proses. karena ada sebab-sebab yang timbul maka terjadi akibat seperti itu. Organisasi menjadi itu adalah proses, dan itu wajar.Kita tidak perlu terlalu terheran-heran. Karena ada sebab-sebab yang menjadinya hancur.

oleh karena itu, marilah kita bebruat sesuatu yang lebih baik. membuat sebab-sebab yang lebih baik sehingga proses yang akan terjadi bisa menjadi lebih baik. Di keluarga kita, kalau kita membuat sebabyang lebih baik, itu akan menjadi faktor bagi timbulnya proses yang membuat keluarga kita menjadi keluarga yang lebih baik.

Kerhamonisan

kemoralan yang mendasari perilaku baik, memberikan keharmonisan bagi anggota-anggota yang hidup dalam suatu kelompok. Oleh karena itu, pelanggaran kemoralan akan menimbulkan disharmoni, kegelisahan, penolakan sekelompok orang. salah atu unsur, aga suatu kelompok bisa rukun dan kompak, adalah sala semua anggotanya harus mempunyai nilai atau ukuran kemolaran yang sama.

      kalau salah satu dua orang mempunyai perilaku yang berbeda, sedang yang sebagian besar berusaha menjaga tingkah lakunya secara harmonis, maka satu dua orang itu akan menjadi ganjalan bagi yang lain. Jadi kelompok itu tidak akan harmonis karena ada anggotanya mempunyai sikap lain. Tetapi bukan berarti kalau semua anggotanya mempunyai moralitas buruk maka kelompok itu menjadi harmonis. hal itu akan justru akan menimbuklan kekacauan yang lebih menjadi-jadi

Memberi

      Memberi sesuatu adalah bentuk kebaikan yang paling awal, dan paling mudah di lalukan. memberi bahkan bisa di lakukan oleh orang yang kejam dan sadis. orang pembunih sekalipun masih bisa memberi suatu kebaikan. Minimal kepada keluarganyasendiri dan kepada teman-temannya. oleh karena itu, tentu sangat-sangat disayangkan, kalau kita memnjadi agak jauh atau tidak senang memberi kebaikan.karena kalau kita tidak suka memberi, sesungguhnya kita membuang kesempatn terakhir untuk menambah kebaikan dalam hidup ini. Kalau memberi itu di jauhi, ini sama seperti kebaikan yang terakhir pun tidak kita punyai, karena memberi adalah bentuk kebaikan yang paling mudah di lakukan
          
          memberi kebaikan berupa materi atau jasa adalah pintu munculnya kebajikan yang lain. Ibarat pintu yang terbuka, maka semua yang berada di dalam ruangan akan tampak dengan jelas dandan yang berada di dalam ruangan itu akan mampunyai kesempatan untuk muncul ke luar. Tetapi sebaliknya, kalau pintu itu di tutup kita pun sulit melihat yang di dalam, apalagi yang di dalam bisa keluar  kedepan. orangb yang congkak atau arogan, yang sombong, akan silit memberi bantuan. orang yang egois, yang memiliki keserakahan yang besar, iri hatinya besar, akan sulit memberi pertolongan.Tetapi, orang yang suka memberi kebaikan materi atau pun jasa aka menjadi rendah hati, tidak sombong dan siap melakukan hal-hal baik lainnya. oleh karena itu, sering di katakan oleh para bijak bahwa memberi jalan bagi munculnya sifat-sifat bijak yang lain.
           
          Sementara tidak semua orang bisa melakukan kebaikan yang di sebut memberi, ada sebagian orang yang mungkin merasakan sangat berat untuk memberikan sesuatu. Ada orang berpandangan bahwa memberi itu berati bekurangnya kekayaan. Apa yang kita miliki akan menjadi berkurang karena di berikan kepada orang lain. tetapi, suatu ketika rasa berat untuk memberikan ini akan bisa di atasi dan di singkirkan kalau dia mau berjuang.
       Seseorang kemudian memberi, memberi membawa kebahagiaan. Dan kebahagian yang di peroleh  dengan memberi akan maju sesuai dengan pengertian yang menyertainya pada saat ia memberi. kalau seseorang tidak mau berlatih melepaskan, hanya ingin mengumpulkan terus, nanti kalau punya masalah, dia pun akan sulit melepaskan itu. Bangun tidur, mau tidur, berhari- hari teringat terus masalah yang mungkin sepele. Dia tersiksa ! mengapa demikian ? karena tidak pernah melatih diri untuk melepaskan sesuatu dengan memberi bantuan kepada mereka yang menderita.

         Secara akal kita mengerti bahwa semuanya akan berubah, tetapi kenyataannya tidak semuda itu. Nafsu kemelekatan terhadap milik kita tidak bisa hancur kalau di lawan oleh akal. Nafsu kemelekatan harus di lawan dengan cara latihan meditasi untuk memperkuat kesadaran, dengan berbuat berbagai kebaikan dan memberi bantuan kepad mereka yang perlu di bantu. Barulah, hawa nafsu kemelekatan itu bisa di kalahkan